Saya memiliki satu kisah nyata yang dialami oleh seorang teman yang biasa saya panggil dengan nama Banas. Saya dan Banas tumbuh bersama sedari kecil, bahkan hari lahir kamipun sama. Saat ini kami sama - sama mempelajari spiritual. Saat berumur sebelas tahun Banas mengatakan pada saya mengenai mimpinya. Dalam mimpi itu ia terlahir sebagai seorang peminta - minta dengan hanya memakai celana pendek yang dekil. Suatu hari saat ia mencari sisa makanan di tempat sampah di sebuah pasar ia bertemu dengan ibu - ibu yang sangat cantik dengan wajah yang sangat teduh. Kemudian terjadilah percakapan diantara mereka
ibu : "Anak muda, dari mana asalmu?"
Banas : "Saya tidak tahu, sedari kecil saya sudah hidup seperti ini, saya hanya ingat bahwa saya pernah tinggal bersama keluarga pengemis, tapi tak lama mereka meninggalkan saya"
Lalu ibu tersebut memberikan Banas makanan yang dibawanya, sambil makan percakapan tersebut berlanjut.
Banas : "ibu darimana dan mau kemana?"
Ibu : "ibu sedang mencari anak ibu, kalau seandainya dia masih hidup dia mungkin seusia kamu"
Tanpa sengaja Banas membelakangi ibu tersebut, sambil menahan haru dan kaget ibu itupun bertanya
Ibu : "Nak, luka dipunggungmu itu karena apa?"
Banas : "Kata temanku luka ini karena ibu saya, ada apa?"
Ibu : "apa boleh ibu lihat dahi kamu?"
Banas lalu memperlihatkan dahinya, maka menangislah ibu tersebut.
Banas : "Kenapa ibu menangis?"
Ibu : "Anakku.... Ibu mohon maafkan ibu nak. Ibu tidak tahu akan seperti ini jadinya."
Banas : "Ada apa bu??? Saya salah apa?"
Ibu : "Bukan nak... kamu tidak salah, ibu yang salah. Kamu itu anak ibu."
Banas : "Mana mungkin.... Ibu seoarang yang cantik dan bersih memiliki anak seperti saya"
Ibu : "Bakas luka di punggung kamu itulah tandanya, luka itu karena ibu. Dan tanda di dahi kamu itu merupakan tanda lahir, ibu juga memiliki tanda yang sama dengan kamu."
Demikian cerita teman saya Banas mengenai mimpi yang dialamainya. Sebelum ia mendapatkan mimpi tersebut dalam doanya selalu Banas bertanya pada Tuhan, apakah benar ia anak dari orangtuanya? jika benar kenapa hanya siksaan yang di terima?.
Banas teman saya ini masa kecilnya memang sangat mengharukan, hampir setiap hari ia mendapat siksaan dari ibunya. Hampir tiap hari ia selalu menangis dalam doanya. Sejak mendapat mimpi tersebut, Banas serius mempelajari tentang reinkarnasi dan Karma. Ia sangat ingin tahu apakah ada kaitan antara mimpi dengan kenyataan.
Beberapa hari yang lalu saat kami bertemu ia mengatakan sudah mendapatkan jawaban mengenai mimpinya tersebut. Ia mengatakan bahwa mimpinya tersebut merupakan suatu petunjuk mengenai kelahirannya yang lalu. Tapi satu hal yang masuh menjadi tanda tanya pada diri kami bagaimana membuktikan hal tersebut????
Wednesday, February 21, 2007
Story........
Posted by Light from the East 0 comments
I seek strength. Not to be greater than my brother, but to fight the greatest enemy, myself……
Musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri dan hal yang paling sulit kita lakukan adalah mengalahkan musuh terbesar kita tersebut. Jika kita sudah dapat mengalahkan dan mengendalikan diri kita sendiri, berarti kita sudah mencapai tahap kecerdasan spiritual yang tinggi.
Seseorang disebut ”hebat dan” ketika dia sudah menemukan cara untuk mengalahkan dan mengendalikan dirinya. Kebanyakan orang merasa tidak ada masalah dengan dirinya, tetapi tidak untuk orang disekitarnya, inilah hal yang kita sadari sangat kurang dalam diri kita. Mengalahkan dan mengendalikan diri, menurut JFC Fuller, seorang jenderal pada angkatan bersenjata Inggris, menunjukkan kebesaran karakter seseorang.
Mengendalikan orang lain hanya menunjukkan sebagian kebaikan karakter kita. Jadi salah satu komponen yang penting dalam memperkaya kehidupan spiritual kita adalah pengendalian diri, yaitu mengalahkan musuh terbesar yaitu diri kita sendiri.
Lao Tsu, filsuf Cina, pernah mengatakan, ”Menundukkan orang lain membutuhkan tenaga. Menundukkan diri kita sendiri membutuhkan kekuatan.” Ternyata lebih mudah bagi kita untuk menundukkan orang lain daripada menundukkan diri sendiri. Seperti kita ketahui bahwa salah satu anugerah Tuhan kepada manusia adalah kesadaran diri (self awareness). Hal ini berarti kita memiliki kekuatan untuk mengendalikan diri. Kesadaran diri membuat kita dapat sepenuhnya sadar terhadap seluruh perasaan dan emosi kita. Dengan senantiasa sadar akan keberadaan diri, kita dapat mengendalikan emosi dan perasaan kita.
Dimensi Pengendalian Diri
Mengalahkan diri sendiri memiliki dua dimensi yaitu mengendalikan emosi dan disiplin. Mengendalikan emosi berarti kita mampu mengenali/memahami serta mengelola emosi kita, sedangkan kedisiplinan adalah melakukan hal-hal yang harus kita lakukan secara ajeg dan teratur dalam upaya mencapai tujuan atau sasaran kita.
a. Mengendalikan Emosi
Kecerdasan emosi merupakan tahapan yang harus dilalui seseorang sebelum mencapai kecerdasan spiritual. Seseorang dengan Emotional Quotient (EQ) yang tinggi memiliki fondasi yang kuat untuk menjadi lebih cerdas secara spiritual. Seringkali kita menganggap bahwa emosi adalah hal yang begitu saja terjadi dalam hidup kita. Kita menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respons kita terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada kita.
Menurut definisi Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan Anthony Robbins (penulis Awaken the Giant Within) menunjuk emosi sebagai sinyal untuk melakukan suatu tindakan.
Di sini dia melihat bahwa emosi bukan akibat atau sekedar respons tetapi justru sinyal untuk kita melakukan sesuatu. Jadi dalam hal ini ada unsur proaktif, yaitu kita melakukan tindakan atas dorongan emosi yang kita miliki. Bukannya kita bereaksi atau merasakan perasaan hati atau emosi karena kejadian yang terjadi pada kita.
b. Menguasai Diri dan
Kedisiplinan
Kata ‘disiplin’ atau ‘self-control’ berasal dari bahasa Yunani, dari akar kata yang berarti ”menggenggam” atau ”memegang erat”. Kata ini sesungguhnya menjelaskan orang yang bersedia menggenggam hidupnya dan mengendalikan seluruh bidang kehidupan yang membawanya kepada kesuksesan atau kegagalan. John Maxwell mendefinisikan ‘disiplin’ sebagai suatu pilihan dalam hidup untuk memperoleh apa yang kita inginkan dengan melakukan apa yang tidak kita inginkan. Setelah melakukan hal yang tidak kita inginkan selama beberapa waktu (antara 30 – 90 hari), ‘disiplin’ akhirnya menjadi suatu pilihan dalam hidup untuk memperoleh apa yang kita inginkan dengan melakukan apa yang ingin kita lakukan sekarang!! Saya percaya kita bisa menjadi disiplin dan menikmatinya setelah beberapa tahun melakukannya.
Berikut saya mengutip tulisan John Maxwell tentang disiplin diri yang merupakan syarat utama bagi seorang pemimpin:
All great leaders have understood that their number one responsibility was for their own discipline and personal growth. If they could not lead themselves, they could not lead others. Leaders can never take others farther than they have gone themselves, for no one can travel without until he or she has first travel within. A leader can only grow when the leader is willing to ‘pay the price’ for it.
Dalam buku Developing the Leader Within You, John Maxwell menyatakan ada dua hal yang sangat sukar dilakukan seseorang. Pertama, melakukan hal-hal berdasarkan urutan kepentingannya (menetapkan prioritas). Kedua, secara terus-menerus melakukan hal-hal tersebut berdasarkan urutan kepentingan dengan disiplin.
Berikut beberapa hal yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan disiplin diri:
1. Tetapkan tujuan atau target yang ingin dicapai dalam waktu dekat.
2. Buat urutan prioritas hal-hal yang ingin kita lakukan.
3. Buat jadwal kegiatan secara tertulis (saya selalu menempelkan jadwal kegiatan saya di dinding depan meja kerja saya di rumah).
4. Lakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang kita buat, tetapi jangan terlalu kaku. Jika perlu, kita dapat mengubah jadwal tersebut sesuai dengan kondisi dan situasi.
5. Berusahalah untuk senantiasa disiplin dengan jadwal program kegiatan yang sudah kita susun sendiri. Sekali kita tidak disiplin atau menunda kegiatan tersebut, akan sulit bagi kita untuk kembali melakukannya.
Melalui pengendalian emosi, penguasaan diri dan kedisiplinan kita dapat lebih memahami diri kita dan bagaimana cara memanfaatkan potensi luar biasa dalam diri kita sehingga kita menjadi manusia yang lebih cerdas secara spiritual. Namun, semua ini tidak akan ada artinya jika kita tidak melakukan sesuatu. Kita harus melakukan sesuatu untuk mencapai kehidupan yang berkelimpahan dan berkualitas, karena hanya kita sendiri yang dapat mengubah kehidupan kita.n
Posted by Light from the East 0 comments
Tuesday, February 13, 2007
Valentine
malam nanti adalah malam Valentine
malam yang akan sangat indah ...
malam yang kan membuat kita Bahagia.
andainya ku kan merasakan hal itu.
ku tak akan perna merasa sedih dan berduka
hanya saja ku kan kecewa, ku terluka
di saat orang orang bahagia .
namun ku tak akan bahagia di malam Valentine ini
ku hanya bisa berharaf diri ini kan bahagia
meski tak bersama seseorang yang aku cintai
yg kini nyatanya ku tlah berpisa dengannya.
Posted by Light from the East 0 comments
Friday, February 2, 2007
Karmaphala dan reinkarnasi
Karmaphala berasal dari kata "Karma" dan "Phala". Karma berarti "perbuatan" dan phala (pahala) berarti "hasil dari perbuatan". Karmaphala bisa diartikan sebagai buah atau hasil dari perbuatan kita. Segala yang terjadi pada kehidupan kita, merupakan refleksi dari perbuatan kita di masa lalu.
Karmaphala sangat dipengaruhi oleh pikiran, perkataan dan perbuatan kita. karena dari ketiga hal itulah muncul suatu akibat. Contohnya jika kita melakukan fitnah terhadap seseorang yang mengakibatkan orang tersebut mendapat bencana, tentu saja hal tersebut telah membuat Karma negatif kita bertambah.
Orang akan dikenal karena pikiran, perkataan dan perbuatan yang dilakukan
Reinkarnasi
Reinkarnasi merupakan kelahiran kembali. Karmaphala sangat erat hubungannya dengan reinkarnasi karena manusia di lahirkan kedunia dengan suatu tujuan yang berkaitan dengan Karma nya. Tujuan tersebut tidak lain adalah untuk memperbaiki Karma dari kelahiran sebelumnya, demikian berulang kali terjadi sampai tidak ada karma buruk yang tersisa (moksa). Menurut kepercayaan Hindu dalam setiap tubuh manusia terdapat atma yang menjadi sumber dari segalanya. Dapat disimpulkan manusia hidup karena atma yang ada dalam raganya.
Pada saat manusia meninggal, atma meninggalkan tubuh untuk bersatu dengan tuhan. Pada saat inilah atma akan mempertanggung jawabkan perbuatannya semasa hidup. Jika memiliki karma baik yang lebih banyak daripada karma buruk akan dilahirkan kembali dengan kualitas hidup yang lebih baik, demikian sebaliknya jika karma buruk lebih banyak, maka akan dilahirkan dalam kualitas hidup yang buruk.
Posted by Light from the East 0 comments