Menjelang perayaan HUT ke-62 Republik Indonesia yang kita cintai ini, perlu kiranya dilakukan introspeksi diri dalam berbagai hal. Seperti : politik, olahraga, nasionalisme. Telah banyak hal baik yang manis dan pahit telah dialami oleh bangsa ini. Tragedi nasional seperti hilangnya pesawat Adam Air, terbakarnya KM Senopati dan munculnya semburan lumpur panas di Sidoarjo menghiasi perjalanan bangsa.
Kegagalan Team Nasional Indonesia pada hajatan piala Asia 2007 di Jakarta mewakili sisi kelam dari jalur olah raga. Kematian pelawak Taufik Savalas menambah kesedihan bangsa ini dari jalur hiburan. Dari sisi politik bangsa ini sedang disuguhi drama satu babak perikaian Presiden SBY dan mantan wakil ketua DPR Zainal Maa'rif menambah runyam laga politik di tanah air. Dari nasionalisme muncul nama Roy Suryo dengan team air putihnya yang mengclaim telah menemukan teks asli lagu Indonesia Raya yang akhirnya mendapat kecaman bahwa teks tersebut telah lebih dulu ada di situs youtube sejak 2006 silam.
"Ada Apa Dengan Cinta" meledak sebagai film terlaris di Indonesia, mungkinkah akan menjadi "The Best Movie" jika judulnya diubah menjadi "Ada Apa Dengan Indonesia".
Untuk mengetahui Ada Apa dengan Indonesia harus dimulai dari melihat anak-anak Indonesia yang menjadi calon pemimpin bangsanya sendiri. Seluruh masyarakat Indonesia khususnya anak-anak balita pasti tidak asing lagi dengan lagu, seperti: "Balonku","Aku seoarang kapiten","Bangun tidur kuterus mandi","Ibu kita Kartini" dan masih banyak lagi lagu anak-anak.
So... Apa hubungan lagu anak-anak dengan bangsa Indonesia.
Kalau dalam pikiran, kita setuju bahwa lagu anak-anak ini dapat mempengaruhi pikiran dan akan terbawa sampai dewasa tentu kita setuju bahwa lagu anak-anak juga mempengaruhi perjalanan bangsa ini.
Untuk yang pertama kita ambil contoh kegagalan team Nasional PSSI dalam Piala Asia 2007 dimana Indonesia sebagai tuan rumah mempunyai modal untuk lolos ke final. Bangkitkan lagi ingatan masa kecil anda mengenai lagu yang biasa mengiri kita tidur, "Nina bobo nina bobo oh nina bobo kalau tidak bobo digigit nyamuk". Jelas-jelas lagu ini mengandung unsur ancaman yang membuat anak-anak tertekan yang berimbas pada perkembangan fisik yang membuat masyarakat Indonesia memiliki fisik lebih kecil dibanding negara lain :).
Selain itu kita lihat bagaimana lagu "Aku seorang kapiten" membuat permainan team nasional kita tidak konsisten, karena dari kecil sudah di doktrin menjadi seorang yang tidak konsisten.
“Aku seorang kapiten… mempunyai pedang panjang…kalo berjalan
prok..prok.. prok… aku seorang kapiten!”
Pada Bait pertama lagu membahas mengenai pedang panjang sedangkan pada bait kedua mengenai sepatunya, hal yang jelas-jelas inkonsistensi.
"Naik kereta api tut..tut..tut. . siapa hendak turut ke Bandung ..
Sby.. bolehlah naik dengan naik percuma..ayo kawanku lekas naik..
keretaku tak berhenti lama”
mungkin lagu ini memberikan inspirasi terhadap suporter di Indonesia untuk masuk stadion dengan gratis, seperti yang ada pada lirik lagu tersebut dari bandung sampai surabaya naik dengan percuma
Dari panggung politik jauh lebih terlihat bagaimana pengaruh doktrin lagu anak-anak pada perilaku politikus kita. Contohnya sebagai berikut:
“Cangkul-cangkul, cangkul yang dalam, menanam jagung dikebun
kita…”
Kalau mau nanam jagung mengapa harus dalam-dalam? apa mau bikin sumur sekalian. Lagu ini jelas-jelas menyiratkan segala sesuatu dibuat besar. Demikian juga dengan politikus kita, contohnya pemanggilan Presiden SBY dihadapan DPR. DPR begitu menggebu-gebu ingin presiden hadir. Kalau sudah ada wakilnya yang lebih available buat apa harus hadir? Gitu aja kok repot
Lalu masalah perjalanan anggota Dewan ke luar negeri. Untuk suatu kunjungan resmi dengan membawa keluarga apakah itu tidak sesuatu yang berlebihan?????
“Di pucuk pohon cempaka.. burung kutilang berbunyi.. bersiul2
sepanjang hari dg tak jemu2..mengangguk2 sambil bernyanyi tri li
li..li..li.. li..li..”
Semua pasti setuju burung kutilang bunyinya cuit, cuit bukan tri li...li...li... Hal ini jelas-jelas menyesatkan dan mengajarkan untuk tidak melihat realita. Bagaimana dengan politikus kita? :)
Dibidang Nasionalisme, tentu kita tahu masalah Roy Suryo dengan team air putihnya yang "katanya" menemukan teks asli dari lagu Indonesia Raya. Rasanya sangat cocok dengan lagu
“Bintang kecil dilangit yg biru…”
Semua orang tahu kalau bintang ada pada malam hari yang langitnya gelap bukan siang hari yang biru, begitu juga dengan mas Roy yang sebagai pakar IT harusnya tahu kalau di wabsite yputube.com sudah ada dari tahun 2006.
“Bangun tidur ku terus mandi.. tidak lupa menggosok gigi.. habis
mandi ku tolong ibu.. membersihkan tempat tidurku..”
Ingat lagu ini, ingat FPI yang dengan garangnya memberantas pornografi di Indonesia. Kok bisa????
FPI yang berkiblat di arab tentu tidak akan mengenal lagu ini. Lagu ini menggambarkan bagaimana bangsa kita telah terbiasa dengan paham "Nudies" atau bugil. Kok?????? bagaimana ngga bugil, habis mandi langsung bantu mama (ngga pakai baju dulu):). Makanya bung.... ini Indonesia bukan Mesir, Arab atau yang lainnya.
Indonesia tetaplah Indonesia dengan keanekaragaman suku, bangsa, budaya dan bahasa. Jangan berharap menjadikan Indonesia satu dibawah satu Agama, tapi berusahalah membuat Indonesia Satu diatas keanekaragaman.
Merdeka!!!!!!!!!!!!!
Tuesday, August 7, 2007
Indonesia ku
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment